7 Perbedaan Dropship dan Reseller, Pilih yang Mana?

Ketahui perbedaan dropship dan reseller berikut ini jika Anda tertarik menjalani bisnis tersebut. 7 poinnya dapat menjadi panduan.

Perbedaan dropship dan reseller dan mana yang lebih menguntungkan, merupakan hal yang harus diperhatikan. Terutama ketika Anda hendak memilih salah satu dari keduanya sebagai pilihan pekerjaan.

Dropship maupun reseller sering menjadi pilihan untuk menambah penghasilan. Bahkan beberapa orang terkadang menggunakannya sebagai sumber pendapatan utama.

Dropshipper merupakan pihak ketiga yang tugasnya hanya memasarkan produk saja. Dia menjalin kerja sama dengan pemilik bisnis, di mana saat ada pesanan maka yang menyediakan dan mengirimkan ke tangan konsumen adalah penjual. 

Pendapatan yang diperoleh dropshipper berasal dari laba atas jasa penjualan yang dia lakukan. Sedangkan reseller adalah orang yang menjual kembali produk setelah membelinya kepada penjual. Keuntungannya didapat dari selisih harga jual dan modal.

7 Jenis Perbedaan Dropship dan Reseller

7 jenis perbedaan dropship dan reseller
Sumber: Unsplash

Sebelum memutuskan jenis pekerjaan yang akan Anda lakukan, ada baiknya ketahui perbedaan di antara keduanya agar bisa memutuskan yang paling sesuai. Berikut 7 perbedaannya:

1. Modal Memulai 

Ketika membuka usaha jual beli barang, modal adalah salah satu aspek terpenting yang harus diperhitungkan. Begitu juga ketika memutuskan melakukan dropship atau reseller, Anda bisa mempertimbangkan modal yang dibutuhkan dengan kemampuan finansial.

Dropship modalnya lebih sedikit dibandingkan dengan reseller, karena tidak harus menyediakan stok barang sendiri. Secara umum modal yang dikeluarkan dropshipper hanyalah paket internet, pulsa, serta informasi mengenai produk yang dijual.

Sedangkan reseller harus mengeluarkan modal yang lebih banyak, karena dia diharuskan menyetok atau menyediakan barang yang akan dijual.

Jika dropshipper bebas menjual dan tidak perlu memikirkan permasalahan modal karena ada di tangan penjual, reseller sebaliknya. Jumlah modal yang dimilikinya adalah penentu berapa stok barang yang bisa dibeli.

2. Ritme Kerja

Perbedaan dropship dan reseller yang kedua berkaitan dengan sistem dan ritme kerjanya. Dropshipper ritme kerjanya adalah dengan menawarkan produk ke calon konsumen terlebih dahulu.

Jika ada calon konsumen yang melakukan order, dropshipper akan meneruskannya kepada penyedia barang jualan. Supplier atau distributorlah yang akan mengirim barang pesanan ke alamat pembeli.

Sedangkan reseller tidak jauh berbeda dengan pedagang konvensional. Ini dikarenakan dia harus membeli atau menyediakan barang dahulu yang diperoleh dari distributor atau supplier. Setelah stok tersedia, baru bisa berjualan. Jika ada orderan, dialah yang akan melakukan semua pekerjaan. 

3. Stok Barang

Stok barang menjadi poin perbedaan dropship dan reseller selanjutnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dropshipper tidak mengeluarkan modal untuk memulai usahanya karena tidak membeli barang terlebih dahulu. 

Sehingga otomatis tidak ada stok barang yang dimiliki oleh dropshipper. Dia hanya mengandalkan stok yang dimiliki oleh penjual yang menjadi rekan kerja sama.

Sedangkan reseller bisa menyetok barang sesuai kebutuhan, tren jualan yang sedang naik, dan sesuai modal yang dimilikinya.

4. Strategi dalam Memasarkan

Dropshipper lebih banyak menggunakan media online untuk memasarkan produknya, karena tidak memiliki stok barang yang dijual. Mereka akan mengupload barang dagangan menggunakan media sosial seperti instagram, facebook, twitter, hingga WhatsApp.

Reseller lebih beragam strategi pemasarannya karena dia memiliki barang atau stok. Selain memanfaatkan media sosial, dia juga bisa mempromosikan secara langsung jualannya kepada orang lain. Sehingga calon konsumen dapat melihat fisik atau meneliti kualitasnya.

5. Pelayanan Kepada Konsumen

Bagaimana cara melayani dan berhubungan dengan konsumen, menjadi salah satu perbedaan dropship dan reseller. Pelayanan ini berkaitan dengan pengemasan hingga mengirimkan barang.

Seperti yang disinggung di atas, reseller bertanggung jawab penuh dalam proses jual beli. Mulai dari packing hingga pengiriman, dan memastikan aman sampai di tangan pembeli. 

Sementara itu, dropshipper tugasnya lebih banyak berhubungan dengan komunikasi dengan konsumen. Komunikasi berjalan saat konsumen bertanya mengenai dagangan, pemesanan, hingga komplain.

Jika terjadi kesepakatan pembelian, dropshipper hanya melanjutkan pemesanan dari konsumen kepada pemasok jualan. Proses selanjutnya diurus oleh pemasok atau distributor tersebut.

6. Risiko Pekerjaan

Meskipun masuk ke dalam kategori perbedaan dropship dan reseller, tidak ada dari dua jenis pekerjaan ini yang bebas dari risiko. Ada risiko masing-masing yang mendatangkan kerugian.

Dropshipper tidak bisa melakukan pengecekan secara langsung atas barang yang dipesan oleh konsumennya. Akibatnya dia akan bekerja ekstra jika ada produk yang cacat, salah, atau dikembalikan oleh konsumen. Harus melakukan koordinasi lagi dengan penyetok.

Sementara reseller akan lebih banyak mengalami risiko, akibat dia menyetok barang sendiri. Jika ada stok tidak terjual, makan beban kerugian akan ditanggung sendiri oleh reseller tersebut.

7. Laba Penjualan

Hal yang dicari oleh dropshipper maupun reseller adalah keuntungan. Terdapat perbedaan dropship dan reseller, karena menyesuaikan dengan risiko dan perbedan lainnya.

Dropshipper menerima laba penjual yang lebih kecil, karena dia hanya membeli barang sesuai dengan kuantitas yang diinginkan pelanggan.

Sedangkan reseller menerima lebih banyak keuntungan, karena ada stok barang. Ini disebabkan reseller biasanya akan mendapatkan potongan harga khusus dari pemasok ketika melakukan stok. Akibatnya, jumlah keuntungan naik.

Baca Juga: Biaya Operasional: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitungnya

Antara Dropship dan Reseller, Mana Lebih Menguntungkan?

mana yang lebih menguntungkan antara dropship dan reseller?
Sumber: Startup Pakistan

Pada perbedaan dropship dan reseller di atas, masing-masing jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lalu, sudah mulai saatnya Anda untuk menentukan mana yang lebih memberi banyak keuntungan.

Pemilihan atas dua tipe itu dapat disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan Anda. Apabila ingin memulai bisnis tanpa mengeluarkan modal usaha, tidak harus stok produk, atau tidak mau susah-susah packing hingga mengirimnya, maka Anda bisa memilih dropship.

Akan tetapi, jika Anda mengejar profit besar dan memiliki modal usaha yang lumayan, maka reseller adalah pilihan terbaik. Anda bisa memasarkan produk lebih leluasa menggunakan media sosial atau secara offline.

Kedua jenis usaha di atas bisa Anda pertimbangkan lagi untuk dipilih. Perlu diingat juga, bahwa persamaan kedua bisnis ini adalah strategi pemasaran yang harus mumpuni supaya bisa laku. Perbedaan dropship dan reseller di atas hanya membantu di awal.

Baca Juga: 5 Tips Sukses Usaha Pre Order Makanan Ini Bisa Dipertimbangkan

Dengan mengirimkan formulir ini berarti Anda telah menyetujui syarat dan ketentuan kami.
Download icon

Heading

Thousands of restaurants trust Otter to increase sales, save time, and make delivery easier.
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Next article
This is some text inside of a div block.
This is some text inside of a div block.

Learn more about Otter's integrations

This is some placeholder text by Ollie.